life start here

Pernahkah kalian merasa bosan, males, jengah, tertindas, terinjak, terpukul, terintimidasi dan terbelenggu dengan rutinitas sehari-hari?

Pagi terbangun dengan bunyi alarm seadanya, kucek mata-matiin alarm-tidur lagi, bangun lagi dan teriak teriak karena telat, (kadang) mandi, langsung berangkat ke kampus, di kampus ngabisin hari ngeliatin junior-junior sambil suit suit gak penting, pulang kuliah dengan muka loyo kusut dan berpura-pura kelihatan capek (padahal ga satupun mata kuliah dari dosen yang nyantol di kepala), atau nongkrong dulu di kampus ditemani kopi seadanya (yang kadang juga ngutang).  Nyampe rumah bengong ga ada kerjaan dan ga tau mau ngapain. Besoknya terulang lagi, setiap hari terus begini, dan tanpa pernah berhenti.

Atau rutinitas sewaktu libur semester yang monoton, gak pernah kemana-mana, dirumah aja, maen computer, maen handphone, maen facebook, maen twitter, maen titit. Yang agak kreatif dikit paling mentok juga jalan-jalan di mall, minjem DVD, nonton bokep, ngocok (kartu), masuk toilet, buka celana, buka baju, ambil sabun, dan … (mandi).

Come ooonn guys, diluar sana masih banyak pengalaman baru siap dipelajari, masih banyak tempat indah untuk di  kunjungi, jelajahi, dan nikmati keindahan negeri. Karena alasan alasan seperti itulah akhirnya gue memutuskan untuk menghabiskan liburan semester kali ini dengan BACKPACKING keliling bali, Lombok, Sumbawa dan flores. Inget backpackingan, bukan jalan-jalan biasa, back artinya belakang, packing artinya dibungkus, berarti gue jalan jalan sambil dibungkus dan digendong di belakang diajak keliling sana sini. #okesip

Berhubung gue orangnya seneng manas-manasin dan ngompor-ngomporin dan kulkas-kulkasin dan lemariin-lemariin orang lain dengan cerita-cerita alam nusantara yang terkenal sebagai surga, maka dengan berbaik hati dan sangat ikhlas gue mau nulis nih catatan perjalanan. Selain itu, kita memang takkan pernah bisa percaya pada ingatan, hanya lewat catatanlah segala pengalaman bisa terekam. Let’s go wild, mulai dari pulau Lombok yang terkenal dengan Bali’s little sister.

Perjalanan gue bukan dimulai dengan masuk pintu ajaibnya Doraemon yang waktu dibuka langsung bisa nganterin gue ke Lombok, bukan juga dengan naik helicopter super canggih punya baling-baling yang bisa muter, tapi percayalah kawan, gue melalui perjalanan maha dahsyat ini dengan menggunakan kereta api. Yaps, bener, kereta api, sebuah kereta yang kalau dinaikin bisa ngeluarin api. Salah satu sarana transportasi pemerintah yang bisa dibilang cukup murah bagi para gembel seperti gue. Tawang alun nama keretanya, malang-banyuwangi rute kerjanya, di atas rel jalannya, kalau berjalan bunyinya prok…prok…prok…

Perjalanan dimulai dari Malang, jawa timur, kota tempat gue kuliah dan membusuk selama bertahun-tahun. Berangkat dari malang sekitar jam 3 sore, dan sampai di banyuwangi sekitar jam 10 malem. Sebuah perjalanan yang sangat menguji nyali selama 7 jam berada di dalam goncangan kereta.

Sesampainya di banyuwangi, malam sudah menyapa, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki kearah pelabuhan ketapang, yang secara kebetulan hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari stasiun. Jejak langkah dan tapak kaki mulai mengarungi jalanan.

Pelabuhan ketapang banyuwangi, destinasi sobat pejalan jika ingin menyebrang bali lewat laut. Terlihat padat dan merayap walaupun malam telah bertemu bulan pucat. Pelabuhan ini tetap dibuka setiap hari dan penyebrangan dilayani setiap jam hampir tanpa henti. Aktivitas pelabuhan selalu sibuk dengan mobil pribadi, truck maupun manusia pejalan yang tak pernah sepi. Di pelabuhan ketapang gue langsung membeli tiket ferry dengan destinasi pulau bali. Sangat singkat, sangat dekat, hanya 45 menit perjalanan,  kaki pun telah menapak di dewata, pulau yang tak kalah sibuk dengan jawa, selalu hidup dengan berbagai acara.

Sesampai di pulau bali, perjalanan akan di lanjutkan ke padang bay, sebuah pelabuhan di ujung timur bali jika ingin menuju pulau Lombok. transportasi bisa dibilang cukup banyak. Biasanya perjalanan akan diteruskan ke ubung (terminal di denpasar) dan dari ubung lanjut padang bay. Namun jika malam, kita dimudahkan dengan adanya bus langsung yang ke padang bay, jadi ga harus mampir dan menggembel di ubung dulu, yang terkenal dengan calo nya yang sangat kejam. Perjalanan darat dari Gilimanuk ke Padang bay bisa ditempuh dengan 6-7 jam. Selama perjalanan jangan lewatkan pemandangan menggiurkan yang terhampar sepanjang jalan.

Padangbay menyimpan semua keindahannya, kota pelabuhan nan cantik ini akan terlihat mempesona jika anda mau sedikit berkeliling dan menikmati pasir putih di sebelah utara pelabuhan. Banyak paket wisata maupun penyewaan snorkel jika anda sempat menikmati bawah lautnya. Di pelabuhan padangbay terdapat 2 buah rute perjalanan, yang pertama adalah ke pulau nusa penida, sebuah pulau kecil di tenggara bali yang tak kalah menarik, yang kedua adalah ferry jurusan pelabuhan lembar, Lombok. Setelah membeli tiket, Ferry jurusan lembar sudah menanti, perjalanan selama 5 jam siap diarungi.

5 jam mengarungi lautan, pulau Lombok terlihat dari kejauhan. Terdapat gugusan pulau kecil yang menghiasi dermaga pelabuhan lembar. Kapal merapat dan menyandar. Gue sampe dengan selamat sentosa, tari tor-tor dan lagu Indonesia raya pun berkumandang menyambut kedatangan. Selamat datang di bumi gora, Lombok yang bersahaja.

Perjalanan pulau Lombok gue sambung di tulisan berikutnya guys, banyak destinasi wisata yang sering disebut surga di pulau kecil ini, mulai dari pantai, pulau, air terjun, kuliner, bahkan party yang tak pernah usai di gili trawangan, don’t miss it, stay tune dude.

Detail transport selama perjalanan

Malang-banyuwangi: kereta tawang alun, Rp 18.500

Ketapang-gilimanuk: Ferry, Rp. 6.000

Gilimanuk-Padangbay: Bus, Rp. 30.000

Padangbay-Lembar: Ferry, Rp. 36.000

Total Pengeluaran: Rp. 90.500

Leave a comment